Friday 14 February 2014

Kalau Dicampur Jadi Apa Ya?

Pelangi pelangi alangkah indahmu...
Merah kuning hijau di langit yang biru...

Saat mendengar lirik lagu tersebut, apa yang terlintas di pikiran Anda pertama kali? Mungkin beberapa dari Anda ada yang menjawab "warna-warni". Yup, warna! Suatu hal yang sangat erat dengan kehidupan kita, tidak terkecuali anak-anak. 

Kemampuan anak dalam mengenal warna ternyata menjadi salah satu indikator perkembangan lhoo. Terutama perkembangan kognitif. Kemampuan mengenal warna menjadi dasar bagi kemampuan kognitif lainnya seperti pengelompokkan, membuat pola, dan lain-lain. Pada usia 3-4 tahun, biasanya anak sudah mengenal beberapa warna terutama warna primer yaitu merah, biru dan kuning. Sedangkan pada usia yang lebih tua (4-5 tahun) anak-anak mulai mengenal warna sekunder seperti ungu, hijau, orang, pink, coklat, dan lain-lain. 

Di tempat kami mengajar (TK Gagas ceria) anak-anak tidak hanya sekedar 'disuapi' oleh guru. Anak-anak diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan eksplorasi demi mendapatkan pengetahuan baru. Termasuk di dalamnya adalah kesempatan bagi anak untuk menemukan warna baru (warna sekunder). 

Kami memfasilitasi anak-anak untuk mengeksplorasi berbagai media pencampuran warna seperti krayon, pensil warna, spidol, cat air, kertas krap, dan lain-lain.

Dalam beberapa foto di bawah ini, anak-anak sedang mengeksplorasi/mencoba mencampur beberapa warna primer. Anak-anak diberi tugas untuk menemukan warna ungu, orange (jingga) dan hijau. Sementara untuk menemukan formula campuran warna yang tepat, mereka harus mencarinya sendiri. Guru hanya melakukan scafholding dan memberikan arahan agar anak melakukan eksplorasi secara terarah dan sesuai tujuan.
Anak TKA Awan mencampur air berwarna

Dari cat air, anak-anak menemukan campuran warna baru
Ternyata setelah melalui beberapa kali trial error dan tanpa harus selalu 'dikawal' oleh guru, anak-anak pun bisa menemukan sendiri warna yang dicari (hijau, ungu, orange). Tugas guru selanjutnya adalah memperkuat pemahaman anak terhadap konsep pencampuran warna dengan memberikan beberapa pertanyaan seperti, "Kalau  mau cari warna hijau, warna apa saja yang harus dicampur?" atau sebaliknya "Kalau kita campur warna biru dan kuning, kira-kira akan jadi warna apa ya?"



Hasil pencampuran warna yang didapatkan anak-anak 
Kesempatan untuk eksplorasi langsung. Itulah yang selalu kami berikan pada anak-anak. Dengan melakukan eksplorasi langsung, anak akan kaya dengan pengalaman, mampu memecahkan masalah dan mampu belajar dengan kreatifitas yang mereka miliki karena tanpa disadari sambil bermain sebetulnya mereka sedang belajar. Dengan adanya pengalaman langsung, mereka juga akan memiliki rasa ingin tahu dan keberanian untuk mencoba hal baru.
Semoga sharing ini bermanfaat..
Terima kasih :-)


Wednesday 16 October 2013

Ayo Tangkap Ubur-uburnyaaa

Pekan lalu anak-anak Playgroup Besar GagasCeria mengikuti kegiatan Family Day 2013. Kegiatan yang secara rutin dilakukan setiap tahun ini bertujuan untuk meningkatkan kerjasama antara anak, ayah dan ibu serta menguatkan ikatan antara tiap orang tua murid.

Family Day kali ini mengangkat tema tentang Binatang Laut. Pada acara ini anak-anak dan orang tua memiliki misi untuk menangkap sebanyak-banyaknya ubur-ubur yang lepas. Mereka diharuskan untuk bekerja sama merancang alat untuk menangkap ubur-ubur dan menangkapnya secara bersama-sama.  

Di awal kegiatan, orang tua dan anak-anak diajak untuk menari tarian ubur-ubur. Dalam sesi "pemanasan" ini, anak dan orang tua terlihat kompak bergoyang. :)

Sebelum memulai misi kerjasama, anak dan orang tua dibacakan cerita penyebab mengapa mereka harus menangkap ubur-ubur. Tahapan kerja sama yang dilakukan antara lain :
1. Menggambar rancangan alat penangkap ubur-ubur 



2. Merancang alat penangkap ubur-ubur dari alat bahan yang telah disediakan



3. Uji coba rancangan alat


4. Revisi (boleh menggunakan alat yang ada di sekitar)
5. Menangkap ubur-ubur bersama keluarga


Alhamdulilah, anak dan orang tua terlihat senang dengan kegiatan tersebut. Tawa, canda dan sinergi diantara mereka sangat terlihat jelas disana. Semoga acara Family Day selanjutnya tetap menyenangkan ya.. ;)

Salah satu kesan orang tua setelah mengikuti kegiatan Family Day 




Monday 7 October 2013

Antara Kucing dan Toksoplasma

KUCING. Mamalia terdekat dengan manusia (setelah Anjing) ini memang lucu dan menggemaskan.  Namun dibalik kelucuannya tersebut kucing sering menjadi kambing hitam penyebab beberapa permasalahan kesehatan manusia seperti kemandulan, keguguran, kelahiran bayi cacat fisik/mental, dan lain-lain. Hal ini terjadi karena orang beranggapan bahwa kucing merupakan penyebar Toksoplasma yang berbahaya bagi kesehatan.
Sebenarnya, apa sih kaitan antara kucing dan Toksoplasma? Berikut, saya akan coba berbagi apa yang saya ketahui tentang Toksoplasma dan bagaimana penyebarannya. Kalau ada yang salah, mohon dikoreksi ya ^.^
Toksoplasma (Toksoplasmosis gondii) merupakan parasit yang menjadikan kucing sebagai salah satu inang definitifnya. Toksoplasma biasanya terdapat dalam kotoran kucing yang terinveksi parasit ini. Kucing yang terinveksi Toksoplasma akan mengeluarkan kotoran yang berbentuk cair. Karena kucing sering menjilati dubur dan bulunya, maka Toksoplasma dapat saja menempel di bulu kucing.
Pinot, Kucing saya ^.^

Toksoplasmosis merupakan suatu jenis penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang dapat menyerang hewan dan manusia, dan secara umum Toksoplasmosis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu diwaspadai. Ternyata, resiko manusia tertular Toksoplasma dari kucing sangatlah kecil. Karena tidak hanya kucing saja yang dapat menyebarkan Toksoplasma. Manusia juga dapat tertular Toksoplasma dari danging yang dimasak setengah matang atau mentah, bahkan juga sayuran mentah yang tidak dicuci bersih. Masuknya spora-spora toksoplasma dari kotoran kucing dan daging mentah inilah yang menyebabkan anda ketularan parasite tersebut. (Kompas, 2011)
Kucing-kucing juga bisa terkena Toksoplasma apabila menangkap tikus/binatang liar lainnya juga apabila ia memakan daging mentah. Tetapi sulit untuk mendeteksi apakah kucing anda terinveksi atau tidak karena hewan ini jarang memperlihatkan efek-efek yang jelas pada minggu-minggu pertama penularan. Dalam sebuah kotak kotoran kucing, diperlukan waktu sampai lima hari sebelum spora-spora itu berkembang.
Toksoplasmosis pada ibu hamil memiliki resiko yang sangat besar pada janin yang dikandungnya. Hal ini dapat terjadi apabila ibu hamil tersebut mengkonsumsi daging setengah matang, buah-buahan atau sayuran yang tercemar tinja kucing yang mengandung parasite ini.
Untuk mencegah kucing Anda agar tidak terjangkit toksoplasma, dapat dilakukan beberapa hal berikut (Majalah iPet, Februari 2013):
1.      Hindari kontak langsung dengan kotoran kucing. Bila ingin membersihkan box kotorannya, sebaiknya gunakan sarung tangan dan cuci tangan memakai sabun setelahnya. Gunakan pasir khusus kotoran kucing, dan bersihkan box minimal satu kali sehari.
2.   Berilah makanan kering atau basah khusus kucing dan hindari memberikan makanan mentah seperti daging atau ikan.
3.      Pelihara kucing di dalam rumah untuk mencegah ia mengkonsumsi tikus atau binatang lain yang mungkin terjangkit toksoplasma.
4.   Mandikan kucing minimal 3 kali dalam sebulan menggunakan shampoo khusus kucing, dan keringkan bulunya.
5.  Berikan vaksin pada kucing sesuai usianya. Untuk mencegah toksoplasma berikan vaksin tokso dan juga rabies.
6. Jika kucing menunjukkan tanda-tanda kurang sehat seperti tidak nafsu makan, kurang lincah/lebih banyak diam, pilek atau diare, maka segera konsultasikan ke dokter hewan.
7.    Jangan lupa selalu mencuci tangan dengan sabun setelah anda memegang kucing.
Semoga informasinya bermanfaat. Selamat memelihara kucing ^.^

Koki Cilik Hebat

MEMASAK. Hmm,, mungkin kata itu lekat dengan peran ibu atau wanita ya. Namun ternyata kegiatan ini juga digemari oleh anak-anak lho. Hal ini terbukti saat anak-anak di tempat saya mengajar (TK Gagas Ceria Bandung) diajak memasak sayur bayam dan jagung, mereka terlihat sangat antusias. Kegiatan memasak ini bertujuan untuk mengenalkan pada anak tentang cara menjaga tubuhnya agar tetap sehat, salah satunya dengan memakan sayuran.
Mengawali kegiatan, anak-anak dikenalkan dengan bahan-bahan untuk memasak, antara lain bayam, jagung, bawang merah, bawang putih, gula, garam dan air. Setelah itu anak-anak diajak langsung praktek memasak sayur.
Pertama, anak-anak diajak untuk memetik sayur bayam dan mempipil biji jagung yang telah direbus. Mengapa anak-anak yang memetik dan mempipilnya langsung? Hal ini memang sengaja dilakukan agar anak mendapatkan pengalaman langsung sekaligus melatih kemampuan motoric halus mereka terutama kekuatan dan kelanturan jari-jari.

Anak-anak memetik daun bayam
Anak-anak mempipil jagung 

Melanjutkan kegiatan, dibawah pengawasan guru anak diminta untuk memasukkan bayam dan jagung yang telah dipetik ke dalam air yang telah direbus. Anak-anak melakukannya secara bergiliran. Kemudian, guru menambahkan potongan bawang merah dan putih, garam dan gula.

Secara bergiliran anak-anak memasukkan jagung ke dalam air yang sudah direbus

Sambil menunggu masakan matang, anak-anak mereview cara memasak sayur bayam dan menggambarkannnya tahap demi tahap. Selain untuk melihat kemampuan anak menulis dan menggambar, hal ini juga dapat mengukur sejauh mana anak paham terhadap urutan proses memasak yang telah dijelaskan.  Setelah masakannya siap, anak-anak makan bersama. Sebagian besar anak menghabiskan sayur bayamnya lho.. Hebat! ^.^